Aturan berbusana khas gopnik adalah setelan olahraga (kadang-kadang dikombinasikan dengan sepatu kulit), jaket hitam dan topi pet, sementara yang paling sukses memiliki rantai emas atau berlapis emas.
Alena RepkinaPada suatu sore, seorang pelajar bernama Vitaly Kulagin tengah berjalan pulang menuju rumahnya. Ia berjalan melalui gang-gang sempit di distrik Ochakovo-Matveyevskoye, di sebelah barat Moskow. Tiba-tiba, tiga orang tak dikenal datang menghampirinya.
Tak ingin cari gara-gara, dia berbalik arah, tapi ternyata ada dua orang lagi yang mendekatinya dari belakang. Dia dikelilingi oleh lima anak muda berwajah suram. Mereka bau alkohol dan terlihat berusia kurang dari 25 tahun.
“Apa? Kenapa buru-buru, bung?” tanya yang paling besar. “Saya sedang terburu-buru,” jawab Kulagin.
“Jadi, kamu sedang terburu-buru?” jawab pemuda itu sambil tersenyum dan mengeluarkan sebilah pisau dari sakunya.
Namun, Kulagin tak bisa menjelaskan logika atas tindakan yang dilakukan pria itu selanjutnya.
“Ya, saya sedang terburu-buru,” kata Kulagin sambil mendorong anak muda yang memegang pisau supaya menyingkir dari hadapannya. Kulagin mengira bahwa mereka akan mengejarnya, tapi ia beruntung — orang-orang usil itu hanya berdiri dan tak membalas apa pun.
Ketika Kulagin ditanya siapa yang mengancamnya dengan pisau, dia menjawab, “Seperti biasa, gopniky.” Ia menganggap orang-orang usil yang ia temui di jalan sebagai preman kelas teri yang berkeliaran di pinggiran kota-kota Rusia pada malam hari.
Biasanya, anak-anak muda yang berpendidikan rendah tanpa keahlian khusus atau harapan untuk memperbaiki kehidupan merka akan menjadi “orang-orang gopnik”. Salah satu hiburan favorit mereka adalah mencari korban pada sore atau malam hari dan merampas uang, telepon, serta barang-barang berharga lainnya sambil keroyokan.
Masa kejayaan kaum gopnik dimulai pada 1990-an, dan dalam banyak hal mereka masih meniru gaya Bratki, pentolan geng yang berpengaruh pada masa itu yang menjalankan prinsip “ponyatiya” (kode etik mafia). Jadi, sebelum merampok, seorang gopnik perlu menangkap korban mereka sesuai dengan “ponyatiya”.
Dalam hal ini, ada pertanyaan-pertanyaan provokatif, seperti “Suka merokok?”; “Dari mana asalmu?”; dan yang paling sulit dijawab — “Kamu apa?”
Pada dasarnya, tidak ada jawaban yang benar untuk pertanyaan-pertanyaan semacam ini dan bahkan jika Anda kebetulan mengenal seseorang dari “pihak berwenang” setempat (preman pentolan di daerah itu), kemungkinan besar mereka akan tetap merampas uang Anda. Kadang-kadang, seperti dalam kasus Kulagin, seorang gopnik memilih untuk tidak menyulut konflik, tetapi tidak semua orang seperti itu.
Aturan berbusana khas gopnik, yang dibentuk pada 1990-an, adalah setelan olahraga (kadang-kadang dikombinasikan dengan sepatu kulit), jaket hitam dan topi pet, sementara yang paling sukses memiliki rantai emas atau berlapis emas.
Selain mengganggu orang, mereka biasanya gemar “nongkrong” sambil berjongkok, minum bir dan vodka murahan, makan biji bunga matahari, dan bersumpah serapah satu sama lain.
Dalam beberapa tahun terakhir, citra klasik orang-orang gopnik telah jadi bahan tertawaan di banyak film dan serial televisi. Saking banyaknya, gopnik telah menjadi semacam parodi dan kehilangan popularitas mereka, bahkan di dunia bandit kelas teri. Sekarang, kata “gopnik” dalam bahasa Rusia sering kali tak berarti preman muda, melainkan seorang yang agresif yang melampiaskan kemarahan mereka pada yang lemah.
Tidak ada yang tahu kapan gopnik atau bahkan kata yang digunakan untuk menggambarkan kaum itu muncul untuk pertama kalinya. Menurut salah satu versi, gopnik pertama muncul pada masa Kekaisaran Rusia, yaitu ketika panti-panti didirikan untuk anak-anak jalanan dan remaja yang terlibat dalam perampokan dan hooliganisme (Gosudarstvyenniye Obshchestva Priyuta).
Versi lain menyebutkan bahwa preman-preman kelas teri dikenal sebagai gopnik karena istilah gop-stop adalah bahasa slang kriminal yang berarti perampokan atau pencopetan.
Bahkan sebelum masa kejayaan mereka di tahun '90-an, ada gerakan gopnik di Uni Soviet. Para pemuda dari daerah-daerah kelas buruh memberontak melawan neformaly (nonkonformis) dan dengan senang hati menghajar anak-anak punk, rapper, dan para pencinta musik Barat lainnya yang populer di Uni Soviet pada 1980-an.
Sepanjang sejarah mereka, kaum gopnik telah menentang segala sesuatu yang di luar kebiasaan dan kebaruan, tapi di sisi lain melihat diri mereka sebagai “pemuda normal”.
Sosiolog Vera Gavrilyuk menyebutkan bahwa perilaku ini tak berubah sampai hari ini. Menurutnya, orang-orang gopnik, yang mengaku sebagai warga biasa, tak lain adalah warga yang buta huruf dan agak antisosial.
“Konsep pandangan dunia mereka adalah menolak semua nilai budaya, seperti pendidikan, toleransi, ketenagakerjaan, dan aspirasi untuk pengembangan diri,” katanya.
Tahukah Anda bahwa di Rusia ada pula genre serupa dangdut koplo. Musik ini tak hanya populer di dalam negeri, tapi juga di luar negeri — entah dalam makna yang positif atau sebaliknya. Inilah hard bass!
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda