Juara kelas ringan seni bela diri campuran (MMA) Ultimate Fighting Championship (UFC) Rusia Khabib Nurmagomedov menyatakan kesiapannya untuk kembali berhadapan dengan petarung MMA Irlandia Conor McGregor. Hal itu ia sampaikan pada saat jumpa pers, Jumat (14/8), yang merupakan penampilan publik pertamanya sejak wafatnya sang ayah sekaligus pelatihnya Abdulmanap Nurmagomedov, pada 3 Juli lalu.
Meski demikian, Khabib mengajukan satu syarat, yaitu McGregor harus berhasil menumbangkan petarung MMA Dustin Poirier pada pertarungan pada musim gugur mendatang.
“Setelah Gaethje, saya akan siap menghadapi lawan mana pun yang menang atas Poirier.Tak terkecuali Tony (Ferguson) atau McGregor,” ujar Khabib. Pertarungan Khabib melawan petarung MMA Amerika Justin Gaethje dijadwalkan berlangsung di Fight Island, Uni Emirat Arab, pada 24 Oktober 2020.
Namun, sang “Elang’ dari Dagestan itu menekankan bahwa itu adalah rencana cadangan, jika gagal menegosiasikan kontrak untuk laga George St. Pierre pada April 2021.
“Secara pribadi, saya lebih tertarik menghadapi Tony,” aku Khabib.
McGregor, yang ditaklukan Khabib pada September 2018, adalah petarung internasional pertama yang menyampaikan ucapan belasungkawa ketika ayah sekaligus pelatih Khabib, Abdulmanap Nurmagomedov wafat setelah menderita komplikasi akibat COVID-19.
“Selain olahraga, ada juga hubungan antarmanusia. Saya setuju dengannya (McGregor). Semua yang terjadi kita tinggalkan di belakang. Hidup pada masa lalu dan menyimpan dendam, itu bukan saya. Ayah saya tidak seperti itu dan saya rasa, saya tidak terlalu berbeda jauh dengannya. Saya tidak memaafkan serangan pribadi. Namun, siapa yang tidak suka jika ada yang mendoakan ayahnya dengan doa yang baik,” tambah Khabib.
Khabib tidak menyangkal bahwa ia sangat terpukul dengan kepergian Abdulmanap, yang lebih dari sekedar ayah dan pelatih baginya.
“Hubungan kami berbeda dengan hubungan ayah-anak biasa. Sejak usia dini, dia adalah pelatih, guru, dan teman saya. Kami bisa berbicara tentang apapun dan akan sangat bodoh untuk menyangkal bahwa kematiannya tidak meninggalkan bekas luka,” jelas Khabib.
Terlepas dari kehilangannya, Khabib menunjukkan aura kekuatan yang jelas pada konferensi pers. Tatapannya stabil dan suaranya terdengar sangat percaya diri — bukan sesuatu yang diharapkan untuk dilihat dari seseorang yang berada dalam situasi stres. Seperti biasa, selera berpakaian Habib cukup sederhana dan tidak mewah. Ia mengenakan sweter bertudung kepala warna hijau dan kaus putih di dalamnya.
Khabib berbicara dengan hormat tentang lawannya yang akan datang, Justin Gaethje. Ia mengungkapkan bagaimana petarung Amerika itu benar-benar membantunya berlatih untuk salah satu pertarungannya pada 2016.
“Tidak ada niat buruk atau rasa tidak hormat sama sekali di sini. Gaethje benar-benar tumbuh selama beberapa tahun terakhir dan telah menjadi petarung yang diperhitungkan. Gaya bertarungnya tidak kasar dan dia sering bekerja di di balik layar. Dia telah matang sebagai seorang petarung dan mengalahkan beberapa lawan yang sangat kuat! " jelas Khabib.
Akan tetapi, dia tidak menganggap Gaethje sebagai lawan yang istimewa, terlepas semua pujian yang diberikan kepada Gaethje oleh orang-orang, salah satunya dari komentator MMA Joe Rogan.
“Itulah yang mereka katakan tentang semua lawan saya. Mereka memuji-muji Barbosa, Conor dan Johnson. Iaquinta adalah satu-satunya pengecualian, karena dia diberikan kepadaku sehari sebelum pertarungan. Mereka tidak punya waktu,” ujarnya diiringi tawa.
Menurut Khabib, potensi Gaethje sebagai petarung berada di level Conor, Poirier, dan Johnson.
"IQ pertarungan saya menilai bahwa pukulan Justin lebih buruk daripada pukulan Conor," katanya.
Khabib juga berbicara tentang beberapa “orang yang paham”, yang menemukan celah dalam kontrak UFC-nya, memungkinkan pertarungan Eropa dengan Floy Mayweather untuk menghindari kewajibannya yang ada.
“Mereka mengatakan kepada saya: 'Ya, Anda akan ditegur dan didenda. Namun, kami akan mengurus semua denda.' Saya mengatakan kepada mereka bahwa bagi saya kontrak lebih penting daripada uang dan kami tidak bisa menjalin kesepakatan dengan UFC jika kami berniat melanggarnya. Saya tidak mengetahui posisi UFC dalam pertarungan Mayweather. Untuk saat ini, hanya pertarungan dengan Gaethje-lah yang lebih penting. "
Ada pembicaraan dalam beberapa tahun terakhir tentang kemungkinan masa depan Khabib dalam politik, setidaknya sebagai kepala Republik Dagestan. Beberapa publikasi menyebutnya sebagai "kandidat ideal untuk pekerjaan itu".
Menanggapi pertanyaan tentang ambisi politiknya, sang juara hanya berkata: "Setiap orang harus melakukan apa yang mereka kuasai."
“Saya belum sepenuhnya sempurna sebagai petarung. Saya ingin membawa perjalanan saya ke kesimpulan logisnya. Semua tenaga dan energi saya didedikasikan untuk olahraga,” jelasnya.
Menurut Khabib, dia tidak membutuhkan jabatan politik untuk bisa membantu orang.
“Bekerja untuk kebaikan masyarakat juga merupakan bagian dari hidup saya. Saya mulai melakukan itu sejak saya berusia 23 – 24 tahun. Percayalah, jika Anda hanya memiliki 2 rubel, Anda selalu dapat membantu orang lain dengan memberikan satu rubel,” tambahnya.
Khabib yakin, dia tidak memiliki pengalaman politik yang diperlukan untuk menjadi kepala republik dan bahwa jabatan itu lebih cocok untuk seseorang dengan pendidikan di bidang yang diperlukan.
“Kalau kita bicara masalah utama di wilayah saya, itu adalah pengangguran. Masalah ini akan menjadi urutan pertama dalam daftar pekerjaansaya (seandainya saya menjadi kepala Dagestan),” tegasnya.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda