Bagaimana Tawanan-Tawanan Perang Jerman Berakting dalam Film ‘Pertempuran Stalingrad’ Soviet?

Vladimir Petrov/Mosfilm, 1949
Pada tahun 1948, militer Jerman kalah dalam pertempuran paling mematikan dalam Perang Dunia II — untuk kali kedua.

Untuk syuting film Pertempuran Stalingrad (1949), sutradara Vladimir Petrov menyarankan supaya para tentara dan perwira Wehrmacht yang pernah ditawan Soviet dilibatkan. Banyak dari mereka benar-benar pernah bertempur di Kota Stalingrad dan masuk dalam jajaran Angkatan Darat Ke-6 Marsekal Jenderal Friedrich Paulus.

Orang-orang Jerman ini didandani, dipersenjatai, dan dikirim kembali ke “pertempuran” di jalan-jalan Stalingrad. Kolonel Wilhelm Adam, ajudan Paulus yang menjadi konsultan film tersebut, mengenang proses pembuatan film itu: “Tank dengan salib Jerman berguling di atas reruntuhan. Api menyembur dari lubang intip jendela kosong reruntuhan, prajurit-prajurit infanteri dengan senapan mesin ringan dan granat tangan maju dengan (teriakan) ‘hore’ yang keras. Tawanan-tawanan perang perwira dan tentara Jerman diperlengkapi secara khusus untuk tujuan ini.”

Ribuan warga kota berkumpul untuk menyaksikan tontonan yang tidak biasa itu. Ada desas-desus di tengah kerumunan bahwa Friedrich Paulus sendiri telah tiba di Stalingrad (informasi ini tidak sesuai dengan kenyataan).

Orang-orang Jerman yang terlibat dalam syuting tersebut takut akan pembalasan warga setempat, tetapi pada akhirnya semuanya berjalan dengan lancar. “Penembakan itu mungkin membangkitkan kenangan pahit bagi orang-orang ini,” kata Adam, “tetapi tidak ada satu kata permusuhan pun yang diucapkan kepada para perwira Jerman yang hadir.”

Selanjutnya, mari kita lihat bagaimana presiden pertama dan satu-satunya Uni Soviet menjadi pahlawan konseptualis, serial TV, seni pop, musik, bahkan iklan!

Pembaca yang budiman,

Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut:

  • ikutilah saluran Telegram kami;
  • berlanggananlah pada newsletter mingguan kami; dan
  • aktifkan push notifications pada situs web kami.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki