Meski dolar AS menjadi mata uang pilihan dalam perputaran ekonomi Venezuela yang tengah dilanda hiperinflasi, Presiden Venezuela Nicolas Maduro menolak untuk menyerah pada mata uang negaranya sendiri.
Sebagaimana dilaporkan Bloomberg News, Bank Sentral Venezuela telah mempercayakan perusahaan percetakan uang milik pemerintah Rusia, Goznak, untuk mencetak uang kertas bolivar.
Mengacu pada salinan kontrak yang diterima Bloomberg, kesepakatan yang ditandatangani pada November 2019 itu menjelaskan bahwa Goznak akan mencetak 300 juta bolivar dalam pecahan 10.000 – 50.000 bolivar (0,14 – 0,68 dolar AS), dengan nilai setara 143 juta dolar AS. Namun, jumlah itu hanya setara dengan seperlima dari total peredaran uang di Venezuela.
Bloomberg menulis bahwa nilai kontrak proyek itu adalah 6,8 juta euro. Akan tetapi, hal itu tak mendapat konfirmasi dari pihak Goznak, maupun Bank Sentral Venezuela.
Hiperinflasi yang melanda Venezuela mengakibatkan devaluasi besar-besaran pada mata uang Venezuela. Pada 20 Agustus 2018, lima nol dihapus dari uang kertas bolivar dan awal September, inflasi telah mencapai lebih dari 200.000 persen per tahun. Kenaikan harga dari Januari hingga November berkisar antara 702.000 persen – 1,29 juta persen per tahun.
Venezuela bukanlah satu-satunya negara yang mempercayakan Rusia untuk mencetak uang kertasnya, tetapi juga juga Belarus, Lebanon, Guatemala, Malaysia dan negara-negara lainnya.
Kegigihan Rusia untuk berdikari, baik secara politik maupun ekonomi, tampaknya telah membuahkan hasil. Lantaran kebijakan utang yang ketat, tahun lalu utang bersih Rusia kini telah turun di bawah nol. Bagaimana Rusia memangkas habis hutangnya?
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda