S-400 Triumph merupakan sistem rudal antipesawat jarak jauh terbaru milik Rusia yang dirancang untuk menghancurkan pesawat, kapal penjelajah, dan rudal balistik, termasuk rudal jarak menengah.
Mikhail Mokrushin/RIA NovostiAS menuduh tindakan Rusia menempatkan sistem pertahanan udara S-400 dan kompleks misil Iskander di Kaliningrad mengganggu kestabilan keamanan Eropa, demikian dilaporkan Sputnik, Senin (21/11), mengutip juru bicara Kementerian Luar Negeri AS John Kirby.
Sebelumnya, Kepala Komite Dewan Pertahanan dan Keamanan Rusia Viktor Ozerov menyatakan bahwa penempatan sistem pertahanan udara canggih S-400 dan sistem misil balistik taktis Iskander-M di Kaliningrad di wilayah Baltik merupakan upaya Rusia untuk meningkatkan kapabilitas pertahanan misil dan udara di perbatasan baratnya sebagai respons atas penempatan sistem pertahanan misil global AS di Eropa yang mengancam keamanan nasional Rusia.
“Kami menghadapi dua tugas utama: menembus pertahanan udara barat dan memastikan perlindungan dari kemungkinan serangan dari negara yang telah mengizinkan penempatan misil AS,” terang Ozerov.
Sementara, perwakilan Staf Jenderal Kementerian Pertahanan Rusia menyebutkan bahwa perisai pertahanan antimisil AS di Polandia dan Rumania mampu mencegat misil balistik antarbenua (ICBM) dan misil balistik kapal selam tak hanya di tengah lintasan, seperti yang diklaim AS, tapi juga di wilayah awal lintasan penerbangan. Ia menyampaikan hal tersebut setelah melakukan pemodelan ulang mengenai kemungkinan tempur sistem pertahanan misil AS di Eropa.
Sistem pertahanan misil Amerika di Eropa dianggap sebagai ancaman langsung bagi keamanan Rusia dan potensi sistem pertahanan tersebut melebihi kebutuhan pertahanan Washington.
Situasi di Eropa semakin tegang seiring menajamnya hubungan Rusia dengan para anggota NATO, baik Amerika Serikat maupun negara-negara Eropa.
Pada awal November lalu, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyampaikan dalam sebuah wawancara bahwa NATO akan menempatkan ratusan ribu tentara dalam kondisi siaga tinggi menyusul semakin menegangnya hubungan aliansi tersebut dengan Rusia. Sang pemimpin NATO tak menyebut angka pasti, namun Perwakilan Tetap Inggris untuk NATO Adam Thomson mengatakan bahwa langkah ini akan melibatkan sekitar 300 ribu tentara.
Sejak 2014, NATO terus meningkatkan kehadiran militernya di Eropa, terutama di negara-negara Eropa Timur yang dekat dengan Rusia, menggunakan dalih keterlibatan Moskow dalam konflik Ukraina sebagai alasan. Moskow telah berkali-kali membantah klaim tersebut dan mengingatkan NATO bahwa peningkatan militer di perbatasan Rusia adalah langkah provokatif dan akan mengancam strategi keseimbangan kekuatan yang ada saat ini.
Hubungan militer antara NATO-Rusia dibangun sejak 1991 dalam kerangka kerja Dewan Kerja Sama Atlantik Utara. Pada tahun 1990-an, kedua pihak menandatangani sejumlah kesepakatan kerja sama penting. Namun, sejak 1 April 2014, NATO menangguhkan kerja sama dengan Rusia sebagai respon atas krisis Ukraina. Sementara akhir 2014 Putin menandatangani amandemen doktrin militer nasional Rusia yang mencantumkan kehadiran militer NATO di dekat perbatasan Rusia sebagai ancaman militer utama.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda