Dengan mengisi atmosfer Mars dengan karbon dioksida, temperatur akan meningkat dan lingkungan lebih cocok untuk ditinggali.
ESA / Press PhotoIlmuwan Rusia dari kota Arkhangelsk, Aleksandr Popov, telah mematenkan penemuannya terkait metode penciptaan atmosfer di Mars. Menurutnya metode tersebut dapat membantu mengendalikan cuaca di ‘planet merah’ sehingga membuatnya dapat dihuni manusia.
Popov, yang berasal dari Akademi Ilmu Pengetahuan Internasional, dalam metodenya menekankan penggunaan polar cap (daerah sebuah planet yang diselimuti es) di planet Mars, yang terbuat dari karbon dioksida dan es. Menurutnya, setiap sekitar dua tahun sekali, polar cap ini akan “meleleh” dan berubah menjadi gas, sementara tetap ada es di permukaan.
“Dengan bantuan dari sistem tenaga surya yang terkonsentrasi, ia (gas dari polar cap) dapat diubah menjadi uap, dan kemudian berubah menjadi kabut atau awan,” ujar Popov kepada harian Rossiyskaya Gazeta, seperti yang diberitakan Sputnik, Senin (29/5).
Selain itu, Popov juga mematenkan metode pembentukan lapisan ozon di atmosfer Mars. Sementara para ilmuwan lain berupaya membuat atmosfer Mars mirip seperti di bumi, Popov menawarkan solusi yang lebih mudah: mengisi atmosfer Mars dengan karbon dioksida, sehingga temperatur akan meningkat dan lingkungan lebih cocok untuk ditinggali.
Untuk hal ini, Popov menawarkan penggunaan kabel besi yang dapat mengeluarkan asam nitrat; sehingga saat terjadi badai debu di Mars, partikel-partikel debu akan memberi tenaga listrik ke kabel melalui gesekan. Pelepasan elektrik yang tercipta di atmosfer akan menyebabkan penguraian karbon dioksida menjadi karbon monoksida dan oksigen, sehingga lapisan ozon terbentuk.
Popov yakin bahwa penghunian Mars sudah di depan mata, dan bahkan dapat dimulai dalam 20 – 30 tahun ke depan. Saat ini, ia sedang berusaha meningkatkan tingkat efisiensi penemuannya, dan membuatnya lebih murah dan praktis. Popov telah memiliki delapan paten, yang semuanya berkaitan dengan eksplorasi Mars.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda