Rusia dan Tiongkok sepakat untuk melakukan kerja sama di bidang antariksa dengan mengembangkan kolaborasi sistem GLONASS dan Beidou. Foto: Igor Samokhvalov
Rogozin dan Yang membicarakan pengembangan sistem geo positioningGLONASS, geo teknologi, dan beberapa isu lain yang berhubungan dengan pengembangan sistem navigasi.
Menurut Rogozin, memiliki sistem navigasi sendiri merupakan salah satu tanda dominasi suatu negara. Rogozin secara khusus menambahkan betapa pentingnya pencapaian kerja sama gabungan sistem GLONASS dan sistem navigasi milik Tiongkok.
“Kami melihat prospek kerja sama antara sistem GLONASS dan Beidou milik Tiongkok sangat cerah. Sistem kami lebih fokus pada lintang utara, sementara sistem Tiongkok fokus pada lintang selatan. Dengan tercapainya hubungan yang saling melengkapi ini, kami dapat menjadi pesaing terbesar dan terberat dalam hal akurasi dan keunggulan spesifikasi bagi sistem navigasi lain, termasuk Barat,” terang Rogozin. Wakil Perdana Menteri Rusia tersebut menjelaskan Rusia hendak menciptakan sistem navigasi yang unggul bagi kepentingan masyarakat umum.
Wang Yang menyatakan tercapainya kesepakatan tersebut merupakan sebuah langkah penting dalam hubungan kerja sama bidang teknis ilmiah, sekaligus kemajuan besar dalam bidang politik.
Selain membicarakan kerja sama sistem navigasi, Rogozin dan Yang juga berdiskusi mengenai kemungkinan pembuatan pesawat gabungan berbadan lebar dan pembuatan helikopter tempur baru penerus Mi-26.
Para pengamat menilai kesepakatan yang dicapai oleh Rusia dan Tiongkok dalam Technoprom sangat positif. “Kami melihat hubungan Rusia dengan Tiongkok terus berkembang dalam berbagai bidang, termasuk bidang antariksa,” ujar anggota Russian Academy of Cosmonautics Andrey Yonin. “Program kosmik militer milik Tiongkok berkembang dengan sangat dinamis. Mereka memiliki perindustrian yang aktif, sumber teknologi yang besar, serta tim desainer dan insinyur yang andal. Tiongkok sungguh mitra yang baik. Mengenai bagaimana kami menempatkan diri dalam kerja sama ini kelak, semua tergantung pada kami sendiri”, ujar Yonin menyimpulkan. Sementara, ia menyebut Amerika Serikat dan Uni Eropa sebagai “mitra yang dipolitisasi dan tidak dapat diandalkan”.
Kemitraan dengan Barat
Dalam acara tersebut, Rogozin juga menyinggung isu kemitraan dengan Amerika Serikat. Wakil Perdana Menteri itu berharap Rusia dan AS dapat segera menyepakati penempatan sistem GLONASS dan GPS sebelum 1 September 2014.
“Mulai 1 Juni, stasiun GPS di wilayah Rusia tidak boleh digunakan untuk kepentingan militer,” ujar Rogozin. “Saya berharap peringatan kami didengar oleh lembaga-lembaga navigasi AS, termasuk pemerintah mereka. Semoga pada 1 September mendatang, kesepakatan telah tewujud, atau kami terpaksa melakukan tindakan lebih lanjut terhadap stasiun-stasiun GPS yang berada di sini," ungkap Rogozin.
Sanksi terhadap stasiun navigasi AS merupakan kelanjutan dari perdebatan mengenai penempatan stasiun GLONASS di wilayah Amerika Serikat. Rogozin telah mengancam NASA dengan sanksi tersebut bulan lalu, dan ia kini kembali mengingatkan AS. “Sebanyak 11 stasiun GPS telah beroperasi di Rusia sejak awal era 1990-an. Maka kami merasa berhak menempatkan stasiun navigasi kami di wilayah Amerika Serikat. Sayangnya, kami berhadapan dengan politisasi terang-terangan terkait hal itu dengan adanya pernyataan bahwa stasiun Rusia itu akan berperan sebagai alat pengintai,” kata Rogozin.
Rogozin menegaskan, jika kesepakatan tidak tercapai, Rusia tidak akan menghadapi masalah navigasi apapun sebab sistem GLONASS sendiri sudah memenuhi standar kinerja yang tinggi.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda