Para penulis Yunani menggambarkan orang-orang Slavia sebagai bangsa “yang tidak bisa dipaksa menjadi budak”.
Getty ImagesBanyak orang di kalangan terpelajar modern Barat percaya bahwa ada hubungan antara kata “Slavia” dan “slave” (budak) dalam bahasa Inggris dan bahasa-bahasa Eropa kontemporer lainnya. Sebuah artikel mengenai akar perbudakan yang dipublikasikan BBC bahkan memuat pernyataan yang menyebutkan bahwa istilah “slave” berasal dari kata “Slav” (bangsa Slavia).
“Bangsa Slavia, yang (pada zaman dahulu) mendiami sebagian besar Eropa Timur, dibawa sebagai budak oleh muslim Spanyol selama abad ke-9,” kata situs BBC menegaskan.
Mengingat bangsa Slavia masih “menguasai” sebagian besar Eropa Tengah dan Timur, BBC bukanlah satu-satunya yang menghubungkan akar kata “Slav” dengan “slave”. Definisi serupa dalam beberapa kamus etimologi daring juga menyebutkan bahwa kata “Slav” berasal dari kata Latin yang berarti “budak”. Alasannya, pada masa pemerintahan Otto I yang Agung, orang-orang Jerman membawa banyak tawanan Slavia dan menjual mereka sebagai budak. Peristiwa ini terjadi pada sekitar abad ke-10, mendekati periode yang disebutkan BBC.
Meski demikian, sejarawan Rusia Aleksey Vinogradov berpendapat bahwa dalam banyak bahasa Eropa, kata “slave” itu sendiri baru muncul pada sekitar abad ke-13. Kala itu, tidak ada perang berskala besar yang bisa mengakibatkan arus budak Slavia ke Eropa Barat.
Kemiripan kata “Slavia” dan “slave” tak hanya muncul di bahasa-bahasa kontemporer. Kata “Slavia”, sebagaimana yang telah disebutkan, memiliki akar bahasa Latin, sedangkan “slave” berasal dari Yunani Byzantium abad pertengahan. Sementara, Kekaisaran Byzantium sendiri sudah menggunakan kata “Slavia” pada abad ke-6, ratusan tahun sebelum era pemerintahan Otto I yang Agung. Artinya, bangsa Slavia telah dikenal jauh sebelum pasukan kaisar Jerman membawa ribuan dari mereka sebagai tahanan.
Kehidupan Orang-Orang Slavia Timur oleh Sergey Ivanov.
Domain publikSelama periode ekspansi, bangsa Slavia menyerang Kekaisaran Byzantium di wilayah Balkan (Eropa bagian tenggara), menghancurkan permukiman Yunani, dan menjadikan penduduknya sebagai budak. Para sejarawan, seperti peneliti ternama Soviet dan Rusia Igor Froyanov, menekankan bahwa orang-orang Slavia kala itu memang mengambil banyak budak. Sebagaimana sumber-sumber yang disebutkan sang sejarawan, budak-budak selama periode itu sebagian besar adalah orang Yunani.
Menurut sejarawan terkemuka Byzantium, Procopius dari Caesarea, setiap tahun mulai dari periode awal pemerintahan Kaisar Yustinianus I (527 M), orang-orang Slavia kerap menyerbu dan merebut banyak tawanan serta mengubah wilayah yang diserang menjadi “gurun Skithia”. Para penulis Yunani menggambarkan orang-orang Slavia sebagai bangsa “yang tidak bisa dipaksa menjadi budak atau ditaklukkan di negara mereka sendiri”. Oleh karena itu, sulit membayangkan jika kata Slavia berasal dari kata “slave”.
Latas, bagaimana dengan kesamaan kata Slavia dan “slave” dalam bahasa Yunani Byzantium? Satu-satunya penjelasan adalah bahwa keduanya hanyalah homonim. Kedua kata terdengar serupa, tetapi memiliki arti yang berbeda. Namun kemudian, dari mana kata “slave” dalam bahasa Yunani berasal? Konon, kata itu berasal dari kata kerja skyleuein yang berarti menjarah atau mengambil rampasan perang.
Pada saat yang sama, tidak ada kesepakatan mengenai asal-usul kata “Slavia.” Beberapa waktu lalu, ada teori populer yang menyatakan bahwa kata tersebut berasal dari slava ‘kejayaan’. Kata itu dinilai sebagai reaksi orang-orang Slavia terhadap perbudakan, tetapi mayoritas sejarawan tidak menerima argumen ini.
Sementara, versi yang paling populer melihat menilai kata “Slavia” berasal dari slovo ‘kata’, yang berarti “orang-orang yang berbicara bahasa kami”. Ada juga sejarawan yang mengaitkan etimologi “Slavia” dengan kata Indo-Eropa kuno, slauos, yang berarti “orang-orang”.
Vladimir yang Agung membaptis rakyatnya tahun 988 dan menjadikan Kristen Ortodoks sebagai agama resmi Rus Kiev. Sebelumnya, orang-orang Slavia menyembah dewa-dewi yang berhubungan dengan elemen alam.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda