Di setiap toko makanan Soviet, orang hampir selalu bisa membeli mentega, tomat , birch, jus apel, kissel kering (jus buah yang dikentalkan dengan pati), makanan kaleng, sereal, kue, dan pasta. Namun, mereka jarang menemukan sosis, keju, daging, atau buah segar, khususnya pisang nan "eksotis". Bisa dibilang, orang-orang sangat berharap bisa memiliki teman seorang manajer toko, yang selalu bisa "mendapatkan" sesuatu dari "bawah meja".
Toko di Velikiy Ustug, Wilayah Vologda.
Yuryi Abramochkin/SputnikDi Moskow, toko kelontong terbaik adalah Yeliseyevsky (saat itu disebut Toko Kelontong No. 1) di jalan raya utama, Ulitsa Tverskaya. Selalu ada cokelat, kopi bubuk dan bahkan telur salmon dan kaviar sturgeon di rak-raknya. Bahkan, dulu orang-orang dari daerah sengaja datang ke ibu kota untuk berbelanja di sana. Leningrad (kini Sankt Peterburg) memiliki padanannya sendiri, yaitu toko Vostochnyye Sladosti (Manisan Timur), di mana orang-orang mengantre untuk membeli makanan Turki dan makanan lezat lainnya.
Penjualan sosis di toko Yeliseyevsky di Moskow, 1951.
Anatoliy Garanin/SputnikUntuk mengatasi kekurangan dan spekulasi, pemerintah Soviet secara berkala membagikan kupon jatah. Artinya, selain uang, seseorang perlu memiliki izin untuk membeli barang-barang tertentu. Secara umum, periode pemberlakuan kupon jatah tidak berlangsung selamanya: Antara 1929 –1934, terdapat kupon jatah untuk membeli roti, pada 1941 – 1947, beberapa produk makanan lainnya juga membutuhkan kupon jatah, dan pada akhir 1970-an, beberapa daerah bahkan memiliki kupon jatah untuk membeli sosis (terutama di wilayah Ural).
Antrean pelanggan menunggu penjualan barang di toko Antey di pusat Saratov, 24 April 1989.
Yuri Nabatov/TASSKekurangan terparah terjadi menjelang kejatuhan Soviet: Pada 1989, penggunaan kupon diberlakukan di mana-mana untuk membeli gula, mentega, minyak, sereal, alkohol, sabun, bubuk cuci, dll. Penjualan alkohol dibatasi satu botol vodka atau anggur per orang, per kunjungan.
Antrian di luar toko minuman keras, Tynda (Timur Jauh), 1988.
Vladimir Mashatin/SputnikOrang-orang di Soviet termasuk di antara pembaca yang paling rakus di dunia, tetapi mereka tidak dapat menemukan bahkan novel petualangan yang tidak berbahaya atau edisi yang bagus dari dongeng di toko buku. Karya-karya klasik Rusia dan asing yang dikoleksi, kisah-kisah detektif asing, dan album-album seni adalah buku-buku yang paling diminati.
Toko buku di Ulitsa Kuznetskiy Most, Moscow, 1981.
Viktor Chernov/SputnikPada 1974, kupon buku khusus diperkenalkan di Soviet sebagai ganti kertas bekas yang dapat didaur ulang: Untuk 20 kilogram surat kabar dan majalah tua, orang dapat memperoleh satu kupon yang dapat ditukar di toko dengan buku yang persediaannya terbatas.
Pameran buku di Wilayah Yaroslavl, 1981.
Sergei Metelitsa/TASSYa, itu memang terjadi dan mungkin paling sering. Ketika seseorang sedang melintas dan melihat antrean, mereka cenderung bergabung karena jika orang mengantre, itu artinya toko telah "mengeluarkan" beberapa barang, dan pasti sesuatu yang berharga.
Nomor antrian di telapak tangan seseorang.
Sergei Mamontov/TASS“Musim semi 1987. Pakaian olahraga impor dikirim ke Murmansk,” kenang blogger Konstantin Shcherbin . “Sayangnya, saya terlambat mengetahui hal itu dan baru mengetahuinya di hari kedua. Saya mendapat tempat di urutan sekitar tujuh ratusan dalam antrean. Saya pergi ke sana dua kali untuk memastikan nama saya ada di daftar. Setelah seharian berdiri dalam barisan, saya bergerak maju melewati sekitar 300 antrean. Namun, saya berakhir tanpa pakaian olahraga itu.” Ada toko yang “merilis” barang lebih banyak dari yang lain, seperti GUM di Lapangan Merah, pusat perbelanjaan yang paling terkenal di seantero negeri. Orang-orang biasa bepergian ke sini dari seluruh penjuru Soviet untuk membeli barang-barang yang persediaannya terbatas, dari sosis hingga mantel bulu. Namun, mengantre tidak menjamin Anda untuk melakukan pembelian. Anda bisa mengantre sepanjang malam dan tetap berakhir dengan tangan kosong.
GUM, pusat perbelanjaan besar di pusat kota Moskow, 1990.
Vladimir Vyatkin/SputnikJarang ada turis di Moskow atau Leningrad sehingga orang tidak harus berdiri dalam antrean panjang untuk masuk ke museum atau teater, terutama selama pameran khusus. Banyak orang menggambarkan Museum Seni Rupa Pushkin di Moskow sebagai "jendela menuju dunia luar": Hanya di sini orang dapat melihat seni terkenal di dunia dari luar negeri, baik kontemporer maupun klasik. “Kami tidak bisa bepergian ke luar negeri. Kami tidak tahu seperti apa Prado, Louvre, atau galeri di Florence atau Milan. Museum Pushkin digunakan untuk memberi kita informasi dan pameran yang membuat jalan mereka ke sini dengan susah payah,” kenang editor majalah mingguan Ogonyok, Vitaly Korotich.
Lukisan Mona Lisa di Museum Seni Rupa Pushkin, 1974.
Alexander Konkov, Valentin Cheredintsev/TASSPada 1974, Museum Seni Rupa Pushkin memajang lukisan Leonardo da Vinci yang paling terkenal, Mona Lisa. Lukisan itu tiba di Soviet dalam perjalanan dari Jepang dan singgah di Soviet selama dua bulan penuh. Orang-orang mengantre hingga 15 jam "di bangku improvisasi, dengan sandwich dan termos, beberapa membaca dan beberapa tertidur, untuk melihat Mona Lisa selama 15 detik, yang merupakan waktu yang ditentukan", tulis Ogonyok tentang pameran itu.
Pada 1980, karya seni Spanyol dari Museum Prado di Madrid dibawa ke Moskow, termasuk karya-karya El Greco, Velázquez, dan Goya. Mereka yang ingin melihat karya-karya legendaris berdiri berjam-jam dalam antrean panjang yang mengular di sekitar museum.
Orang-orang mengantre untuk melihat pameran "Karya Agung Lukisan Spanyol Abad VI-XIX dari koleksi El Prado, Madrid" di Museum Seni Rupa Pushkin, 1980.
Boris Prikhodko/SputnikBisa dibilang antrean paling terkenal di Moskow (yang ada sampai hari ini) adalah untuk mengunjungi Mausoleum Lenin. Sejak dibangun pada 1924, tempat ini telah dikunjungi oleh 120 juta orang.
Antrean ke Mavzoleum Lenin, 1961.
Ivan Shagin/SputnikPenyerbuan terakhir di Soviet adalah antrean untuk masuk ke restoran McDonald's pertama di Moskow, pada 31 Januari 1990. Lebih dari 30.000 orang datang pada hari pembukaan, yang mana banyak dari mereka telah mengantre sejak malam sebelumnya. Angka itu mengalahkan rekor rantai makanan cepat saji itu yang sebelumnya ditetapkan di Budapest, di mana lebih dari 9.000 orang datang untuk membeli burger pada hari pertama. Para pengunjung pertama McDonald's di Moskow menerima lencana dan bendera kecil dengan logo McDonald's sebagai kenang-kenangan.
Ratusan warga Moskow mengantre pada pembukaan restoran McDonald's pertama di Soviet, Januari 1990.
AP“Malam sebelum dibuka, saya dan teman-teman saya berjalan dari asrama ke Lapangan Pushkinskaya. Ketika kami tiba, sudah ada tiga orang berdiri di sana. Sementara kami merenungkan apakah kami harus menunggu sampai pembukaan atau tidak, dua orang lagi datang. Saya menempati posisi keenam dalam barisan dan saya berdiri di sana sampai toko itu buka. Sejak saat itu, saya menjadi penggemar McDonald's,” kenang Shcherbin. Antrean memang berkurang, tetapi tidak banyak setelah lebih banyak restoran McDonald's yang dibuka di Moskow.
Antrean di zaman Soviet adalah fenomena yang unik, dan untuk mendeskirpsikannya perlu kosakata yang spesifik. Beginilah cara orang mengantre di kala itu, yang terkadang masih ditemukan di Rusia modern.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda