Lima Pemimpin Rusia yang Memiliki Kelainan Fisik

Wolfgang Kumm/dpa/Global Look Press
Dari Pangeran Agung Moskow yang tunanetra hingga Presiden Rusia yang kehilangan dua jari, kami menggali luka para penguasa Rusia.

Demi alasan keamanan, informasi tentang kelainan fisik dari orang-orang yang memerintah Rusia selalu disembunyikan dan dirahasiakan dengan cermat. Baik musuh internal maupun eksternal negara dapat menggunakan informasi semacam itu dengan mudah dan dengan cara yang berbahaya. Selain itu, orang Rusia di masa lalu sangat percaya bahwa tsar adalah manusia yang unik, utusan Tuhan. Jadi, jika orang-orang mengetahui bahwa tsar atau pemimpin mereka memiliki cacat, itu akan menjadi ladang gosip, misinformasi, dan bahkan menimbulkan kepanikan.

Namun, beberapa pemimpin tidak bisa menyembunyikan kelainan fisik mereka. Pendiri negara Moskow Vasily Vasilyevich adalah tunanetra (tepatnya dibuat buta), sedangkan presiden pertama Rusia Boris Yeltsin kehilangan dua jarinya.

1. Vasily II dari Moskow — Tunanetra

Vasily II dari Moskow. Potret ini hanyalah gambar dari sebuah kronik. Kami tidak memiliki gambar Vasily dan tidak tahu bagaimana penampilannya.

Vasily Vasilyevich (1415—1462) adalah Pangeran pertama yang naik ke takhta pangeran Kadipaten Agung Vladimir (negara feodal Rusia yang paling kuat pada awal abad ke-15) bukan di Vladimir, tetapi di Moskow, sebuah kota yang relatif baru pada waktu itu. Sejak masa pemerintahannya, Moskow menjadi kota utama Rusia. Dengan demikian kita dapat menganggap Vasily II dari Moskow sebagai pendiri negara Moskow. Selama pemerintahannya, perang feodal yang sengit sedang berlangsung dan Vasily menjadi buta selama perang ini. Ia kemudian mendapatkan julukan "si Buta." 

Membutakan seseorang adalah cara Bizantium kuno untuk membalas dendam atau menundukkan  musuh dalam perang feodal. Pada 1436, Vasily II sendiri yang memerintahkan para pelayannya untuk mencungkil mata Pangeran Zvenigorod, Vasiliy Yuryevich (14211448). Setelah itu, Vasiliy Yuryevich dikenal sebagai Vasiliy Kosoy (Mata Juling). Dia menjadi cacat karena mengkhianati Vasily II dan mencoba menyerang pasukannya secara tiba-tiba.

Vasily II sendiri dibuat buta oleh agen Dmitry Shemyaka (?1453), adik laki-laki Vasiliy Yuryevich yang membalas dendam. Dmitry membujuk dua Pangeran Rusia lainnya, Ivan dari Mozhaysk (?1485) dan Boris dari Tver (13981461), untuk membantunya melawan Vasily II. Dmitry berbohong kepada mereka bahwa Vasily akan 'menjual' Rus Moskow kepada Ulugh Muhammad (1405–1445), Khan Kazan. Saat itu, Vasily baru saja membebaskan dirinya dari penjara Khan Kazan, mengambil lebih dari 200.000 rubel (pada saat itu, dengan uang 50 rubel Anda dapat membeli sebuah rumah kelas menengah di kota) dari uang kas Moskow dan memberikan upeti tahunan dari beberapa kota Rusia kepada Khan Kazan.

Begitulah penampilan kota-kota Feodal Rus sebelum dan selama masa pemerintahan Vasily II.

Pada Februari 1446, ketika Vasily II dan kedua putranya (berusia lima dan enam tahun) sedang berziarah ke Trinity Sergius Lavra dekat Moskow, para pangeran konspirator menduduki Kremlin Moskow dan menjadikan istri serta ibu Vasily sebagai tahanan. Segera setelah itu, sejumlah bandit dikirim ke Trinity Lavra untuk membawa Vasily II ke Moskow dengan rantai. 

Dmitry Shemyaka tak berani membunuh Vasily II karena bisa menyebabkan perang yang lebih dahsyat di antara para pangeran Rusia dan Khan Kazan dapat mengambil keuntungan dari perpecahan ini untuk kembali menyerang Rus. Namun, Dmitry berpikir selama dua hari penuh sebelum memerintahkan untuk membutakan Vasiliy II. Semacam pengadilan publik pun digelar. Para pangeran, Vasily, Ivan, dan Boris 'menginterogasi' Vasily II dengan pertanyaan: "Mengapa Anda membawa bangsa Tatar ke tanah Moskow dan memberi mereka upeti dari kota-kota Rusia?" Mata Vasily II akhirnya dicungkil pada pagi hari, 17 Februari 1446. 

Catatan sejarah Rusia menyebutkan bahwa malam itu, anak buah Shemyaka masuk ke kamar di rumahnya, tempat Vasily II ditahan. Mereka melompat ke arahnya, menjatuhkannya, dan menekannya ke lantai dengan papan di dadanya. Kemudian, seorang pemelihara kuda bernama Beresten membutakan Vasily II menggunakan pisau dan melukai wajahnya dalam prosesnya. Setelah menyelesaikan pekerjaan mengerikan itu, mereka pergi, meninggalkan Vasily pingsan dalam genangan darahnya sendiri.

Shemyaka menjadi Pangeran Moskow, sedangkan Vasily II diasingkan ke Uglich. Istrinya diizinkan menemaninya. Namun, tak lama kemudian Vasily yang keras hati itu mendapatkan semangatnya kembali. Dia kembali ke tahta Moskow dengan melenyapkan musuh-musuhnya. Dmitry Shemyaka diracuni oleh juru masaknya, yang disuap oleh orang-orang Vasily. Setelah memakan ayam yang telah diracun, dia menderita selama 12 hari sebelum akhirnya meninggal. Vasily II si Buta mengenakan penutup mata hitam, menutupi bagian atas wajahnya yang tak memiliki mata.

2. Pyotr yang Agung — Sindrom Marfan (berdasarkan hipotesis)

Patung kepala Pyotr yang Agung yang dibuat dari topeng kematiannya ini mungkin satu-satunya gambar Kaisar yang dapat diandalkan.

Pyotr yang Agung (16721725) memiliki tinggi 1,9 meter. Kedua orang tuanya sedikit lebih tinggi dari rata-rata. Namun, tubuh Pyotr yang kurus secara tidak wajar membuat orang-orang menoleh sejak dia masih muda. Sebagai orang dewasa, dia berdiri menjulang di atas kerumunan mana pun. Akan tetapi dia tidak tegap, memiliki bahu yang sempit, dan ukuran sepatunya adalah 40. 

Sepatu bot hessian milik Pyotr yang Agung.

Tidak satu pun potret terkenal Pyotr yang mencerminkan perawakan aslinya. Lengan dan kakinya yang terlalu panjang, serta kepalanya yang kecil, seringkali digambarkan oleh orang-orang pada zamannya. Berdasarkan hipotesis, Pyotr bisa saja menderita sindrom Marfan — kelainan genetik pada jaringan ikat. Seperti yang dikonfirmasi oleh tenaga medis, orang dengan Marfan cenderung tinggi dan kurus, serta memiliki lengan, kaki, jari tangan dan jari kaki yang panjang. Mereka juga biasanya memiliki sendi yang lentur dan skoliosis — lengkungan tulang belakang yang menyamping. 

Salah satu dari sedikit lukisan yang mencoba menggambarkan sosok nyata Pyotr yang Agung dan kecepatan gerakannya. 'Pyotr I', 1907, karya Valentin Serov (1865-1911).

Pyotr dikenal sangat aktif secara obsesif. Sebagai seorang anak, dia tidak tahan duduk di singgasana tsar Moskow selama berjam-jam selama upacara istana. Sebagai orang dewasa, dia melakukan segalanya dengan sangat cepat, termasuk untuk urusan makan dan berjalan. Ia selalu menyibukkan dirinya hampir sepanjang waktu. 

Sedangkan untuk skoliosis, ada banyak catatan tentang Pyotr yang sering membungkuk dan menekuk kepalanya ke samping. Hal yang juga dikenal terjadi pada orang dengan sindrom Marfan adalah kelainan bentuk tulang dada anterior (pectus excavatum), dan mantel panjang asli Pyotr juga disesuaikan untuk orang dengan dada yang sangat panjang dan kurus.

Kaftan (semacam jaket) seremonial Pyotr yang Agung.

Orang dengan sindrom Marfan sering kali berada dalam keadaan bersemangat atau jengkel. Pyotr diketahui menderita kejang, meringis, memiringkan kepala, menggerakkan lengan dan bahunya. Juel Just, utusan Denmark untuk Rusia, menulis bahwa, "Ini sering terjadi ketika dia marah, menerima kabar buruk, kesal atau tenggelam dalam pikirannya." Orang dengan sindrom ini juga dikenal sangat cerdas. Pada faktanya, kemampuan intelektual Pyotr memang sangat luar biasa. Orang jenius seperti Niccolò Paganini dan Abraham Lincoln juga diduga menderita sindrom Marfan. Sekali lagi, ini hanya hipotesis, tetapi tidak diragukan lagi bahwa Pyotr memiliki kelainan, bukan cedera, tetapi secara genetik.

3. Aleksandr I — Tunarungu

Pangeran Agung Aleksandr Pavlovich (calon Kaisar Aleksandr I).

Pangeran Agung Aleksandr (17771825), putra Pavel I (17541801), adalah cucu dari Ekaterina yang Agung, yang merencanakan masa depan cemerlang bagi sang cucu. Segera setelah lahir, Ekaterina mengambil bayi itu dari ibunya dan membesarkannya sendiri di istananya. Nama anak laki-laki itu pun bahkan dipilih oleh sang nenek dari pihak ayahnya itu.

Pyotr III, suami Ekaterina yang dibunuh pada 1762, takut dengan tembakan meriam bahkan setelah dewasa. Di satu sisi, ini sangat aneh bagi seorang bangsawan yang sebagian besar hidupnya dibesarkan dalam pelatihan militer. Di sisi lain, cukup bisa dijelaskan — pria itu memang takut pada meriam sejak awal. Ini menjadi bahan cemoohan dan lelucon rahasia dari seluruh Istana Kekaisaran Rusia. Ekaterina, yang memiliki masalah dalam kehidupan keluarganya dengan Pyotr, membenci perilaku kekanak-kanakannya dan kegiatannya bermain prajurit mainan sepanjang waktu.

Kaisar Aleksandr I, karya Franz Kruger (1797-1857).

Itu sebabnya dia mungkin ingin cucunya menjadi pria sejati, yang terbiasa dengan tembakan meriam. Sejarawan Rusia yakin inilah yang menyebabkan Aleksandr menjadi tunarungu: satu telinganya benar-benar tuli dan telinga lainnya mengalami kesulitan pendengaran. Pada awal 1794, Aleksandr Protasov, mentor Pangeran Agung, menulis bahwa muridnya tuli, tetapi menolak mengakuinya dan menyembuhkannya. 

Sayangnya, jika alasan ketuliannya adalah tembakan meriam (asumsi seperti itu sudah dibuat semasa hidupnya), maka gendang telinganya kemungkinan pecah, dan ini tidak dapat disembuhkan pada abad ke-19. Ketika berbicara dengan orang-orang, Aleksandr secara naluriah menyandarkan kepalanya dan mengarahkan sisi kanannya ke lawan bicaranya. Dia juga berbicara dengan sangat pelan, agar 'tidak terlihat tuli'.

4. Joseph Stalin — Jari-Jari Menyatu, Penyusutan Otot

Ini adalah salah satu foto Stalin yang langka, yang memperlihatkan bopeng di wajahnya dengan jelas.

Joseph Stalin benar-benar memiliki sesuatu untuk disembunyikan. Dia mengalami kelainan sindaktili — jari kaki kedua dan ketiganya menyatu. Pada usia lima tahun, Stalin mengalami cacar, menyebabkan banyak bopeng di wajahnya — dan orang-orang memerlukan waktu berjam-jam mengedit foto sang Sekretaris Jenderal dengan teliti untuk publikasi surat kabar. 

Vyacheslav Molotov dalam buku berisi tentang wawancaranya ‘140 Percakapan dengan Molotov’ menulis, Stalin mengatakan kepadanya bahwa pada 1913, ketika dia berada di pengasingan di Distrik Turukhansk, Krasnoyarsky Krai, penduduk desa di sana menjulukinya Oska (panggilan pendek untuk Iosif) yang Kasar — karena wajahnya yang bopeng dan mungkin karena dia memiliki lengan kiri yang lumpuh.

Pada usia enam tahun, Stalin ditabrak phaeton (sebuah kereta kuda terbuka) saat menyeberang jalan. Dia menderita luka parah di lengan kiri dan kepalanya. Setelah kecelakaan itu, kekuatan lengan kirinya hanya setengah dari kekuatan tangan kanannya dan dia tidak bisa mengangkat atau menahannya dengan benar. Seiring bertambahnya usia, ia juga mulai merasakan gatal dan nyeri terus menerus di jari-jari tangan kirinya.

Dokter Kremlin mencirikan penyakitnya: "Atrofi sendi bahu dan siku lengan kiri akibat memar yang diderita pada usia enam tahun, dengan nanah berlanjut di area sendi siku." Namun, dalam berbagai fotonya, Stalin terlihat dapat mengendalikan tangannya dengan cukup baik. Dia bahkan bisa menggendong putrinya, seperti yang tampak pada foto ini.

Joseph Stalin menggendong putrinya Svetlana dengan kedua tangannya.

5. Boris Yeltsin — Buntung Dua Jari

Boris Yeltsin (19312007), Presiden pertama Federasi Rusia, kehilangan dua jarinya saat masih remaja. Tidak ada misteri bagaimana hal itu terjadi: Yeltsin menuliskan tentang hal itu dalam otobiografinya berjudul Ispoved na zadannaiu temu ‘Pengakuan tentang Tema yang Diberikan’ (1990). 

“Selama perang (Yeltsin berusia sepuluh tahun ketika pecah Perang Patriotik Raya 1941-1945), semua anak-anak ingin pergi ke garis depan, tetapi jelas tidak ada yang membiarkan kami melakukannya. Kami membuat senjata, senapan, bahkan meriam. Kami memutuskan untuk mendapatkan beberapa granat dan membongkarnya, untuk mempelajari dan memahami apa yang ada di dalamnya. Jadi, saya menawarkan diri untuk menyelinap ke dalam gereja (yang telah difungsikan sebagai gudang militer). Setelah gelap, saya menyelinap melalui tiga pembatas berkawat berduri dan ketika penjaga berada di sisi lain gedung, saya menggergaji jeruji di atas jendela. Setelah berhasil masuk ke dalam, saya mengambil dua granat tangan RGD-33 dan kabur dengan selamat. Saya beruntung — (jika ketahuan) penjaga pasti akan menembak tanpa peringatan.

Boris Yeltsin dalam sebuah wawancara.

Kami pergi ke hutan yang berjarak 60 kilometer dari sana dan mulai membongkar granat. Saya membujuk orang-orang itu untuk menjauh seratus meter dan memukulnya dengan palu, sambil berdiri di atas lutut saya. Granat itu tergeletak di atas batu, tetapi saya tidak tahu bahwa saya harus melepas pelatuknya terlebih dahulu. Granat pun meledak ... jari-jari hilang. Orang-orang yang lain aman. Selama perjalanan kembali ke kota, saya pingsan beberapa kali. Di rumah sakit, dengan persetujuan tertulis ayah saya (pembusukan mulai terjadi pada tangan saya), saya dioperasi, apa yang tersisa dari jari-jari saya dipotong, dan saya muncul di sekolah dengan tangan berbalut perban.”

Karena cedera itu, Yeltsin tidak bertugas di militer. Sepanjang hidupnya, dia merasa malu dengan tangan kirinya dan lebih memilih pose yang membantunya untuk menyembunyikan cacatnya itu. Potret Yeltsin yang dibuat Vladimir Sokovnin menangkap salah satu sikap favoritnya, yang menyembunyikan tangan dengan jari yang buntung.

Meski tak pernah menjadi aturan resmi, pola rambut para pemimpin Rusia ini telah berulang sejak 1825 — tanpa pengecualian.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki