Mengapa Lenin Merestui Pembentukan Sebuah Negara Merdeka di Dalam Wilayah Rusia?

Russia Beyond (Foto: Anatoly Demanov; W. Pleyer; МАММ/MDF/russiainphoto.ru)
Kaum Bolshevik tak hanya merestui pembentukan Republik Timur Jauh yang merdeka di dalam negeri, tetapi juga mendorong pendiriannya. Secara resmi, “negara” itu mencakup wilayah yang sangat luas dari Danau Baikal hingga Sakhalin.

Selama Perang Saudara di Rusia (1918—1922), Republik Timur Jauh yang merdeka muncul di bagian timur negara itu. Anehnya, kemunculan republik tersebut merupakan inisiatif Moskow. Dengan mengorbankan wilayahnya sendiri demi pendirian negara baru, kaum Bolshevik berharap dapat menghentikan Jepang yang telah bersiap untuk menaklukkan seluruh Timur Jauh Rusia. Jadi, apa sebetulnya yang Lenin rencanakan?

Jepang adalah bagian dari intervensi kekuatan Entente di Rusia yang dipimpin Inggris. Sekutu tidak puas dengan Rusia Soviet yang menarik diri dari Perang Dunia I setelah Perjanjian Brest-Litovsk pada Maret 1918. Akibatnya, Sekutu pindah haluan dan mendukung Gerakan Putih. Para pemimpin Gerakan Putih sendiri bersumpah untuk melanjutkan perang melawan Jerman sampai titik darah penghabisan setelah menggulingkan Bolshevik dan merebut kekuasaan kembali. Namun demikian, kontingen militer Barat yang mendarat di berbagai wilayah Rusia tidak terburu-buru untuk terlibat langsung dengan Tentara Merah. Mereka justru lebih memilih untuk tetap berada di belakang sekutu Rusia mereka.

Peta Republik Timur Jauh

Pada pertengahan 1919, Sekutu tengah mempertimbangkan penarikan bertahap pasukan mereka dari wilayah Rusia: Perang Dunia I telah lama berakhir, sementara, dari hari ke hari, harapan akan runtuhnya pemerintahan Lenin semakin memudar. Pada saat yang sama, Jepang tak hanya tidak berniat menarik diri dari wilayah Rusia, tetapi sebaliknya, mulai aktif membangun kehadiran militernya di sana. Bagi Jepang, Perang Saudara di Rusia telah membuka jendela peluang yang besar.

“Perang Dunia memberi Jepang hadiah tak terduga, harta karun yang tak tersentuh — Siberia. Jepang harus menguasai harta karun Siberia, menjadikannya bagian dari Jepang, bukan dalam arti invasi, melainkan dalam arti ekonomi — bergantung pada keterampilan orang Jepang,” tulis I. Rokuro, editor surat kabar Jepang Koran Rakyat. Perlahan, tetapi pasti, Jepang mulai menguasai Timur Jauh dan Siberia Timur, bahkan bertindak langsung dan kadang-kadang melalui proksi, seperti Ataman Grigory Semyonov dan Ataman Ivan Kalmykov. Ekspansionisme Negeri Matahari Terbit baru dapat terbendung oleh ketakutan akan pemberontakan rakyat dan sikap keras Amerika Serikat yang menentang penguatan saingan geopolitiknya.

Propaganda Jepang selama Perang Saudara di Rusia.

Untuk waktu yang lama, Timur Jauh menjadi kepentingan sekunder bagi Moskow: Pertempuran sengit sedang berlangsung di bagian Eropa Rusia dan hanya detasemen partisan Tentara Merah yang tersebar yang berperang melawan Jepang. Namun, antara musim semi 1919 dan awal 1920, Tentara Merah berhasil mengalahkan Front Timur Tentara Putih Rusia, melintasi Pegunungan Ural dan melancarkan serangan cepat jauh ke dalam Siberia, dan akhirnya mencapai Danau Baikal, tidak jauh dari garnisun Jepang.

Mempertimbangkan Perang Soviet-Polandia yang sedang berlangsung dan kehadiran pasukan Tentara Putih di selatan negara itu di bawah komando Jenderal Anton Denikin, konfrontasi militer langsung dengan Jepang tampaknya merupakan sesuatu yang sangat dihindari kaum Bolshevik. “Kita akan terbukti bodoh jika kita membiarkan diri kita terseret oleh agitasi konyol ke kedalaman Siberia dan pada saat itu Denikin bangkit, sementara Polandia menyerang. Ini akan menjadi tindak kejahatan,” kata Lenin dalam telegram kepada Ketua Dewan Militer Revolusioner Leon Trotsky pada Februari 1920.

Intervensionis Jepang berdiri di belakang mayat pekerja kereta api yang mereka eksekusi, Rusia Timur Jauh, 1920.

Saat itulah gagasan untuk mendirikan negara penyangga antara wilayah yang dikendalikan Moskow dan Tokyo muncul. Sejumlah pemerintah pro-Soviet beroperasi di “tanah tak bertuan” ini yang, pada 6 April 1920, atas inisiatif Moskow, memproklamasikan pembentukan Republik Timur Jauh (DVR), yang secara resmi merdeka dari Rusia Soviet. Negara baru itu secara resmi mencakup wilayah yang sangat luas dari Danau Baikal hingga Sakhalin Utara meskipun, pada praktiknya, banyak dari wilayah tersebut saat itu berada dalam kekuasaan Gerakan Putih dan Jepang.

Pembentukan DVR dinilai cocok oleh hampir semua orang pada saat itu: Moskow, Washington, pasukan anti-Soviet di Siberia yang takut akan penyebaran kekuatan Soviet, serta Tokyo, yang segera mulai membersihkan wilayah yang dikuasainya dari unsur Bolshevik, sambil berharap negara baru tersebut kelak dapat ditundukkan. Hanya sejumlah komandan detasemen partisan Tentara Merah saja yang menyuarakan protes dan kaum Bolshevik harus bekerja keras demi meyakinkan mereka bahwa tindakan sementara ini diperlukan.

Rapat umum untuk proklamasi Republik Timur Jauh.

Republik Timur Jauh memperoleh konstitusi, lambang, bendera, dan mata uang (rubel DVR), sementara lembaga kekuasaan legislatif, yudikatif dan eksekutifnya pun didirikan. “Oh, betapa indahnya republik DVR itu!” kenang penulis dan jurnalis Viktor Kin. “Faksi-faksi merajalela di parlemen, mengajukan usulan undang-undang, dan berlomba-lomba mencari dukungan pengesahannya, sementara ketua parlemen meminta seluruh peserta supaya tetap tertib. Di atas pengeras suara terdapat sebuah lambang, hampir seperti lambang Soviet, tetapi alih-alih palu dan arit, ada belencong dan jangkar. Benderanya berwarna merah, tetapi dengan kotak biru di salah satu sudutnya. Tentaranya mengenakan bintang, tetapi setengah biru, setengah merah, dan seluruh republik pun seperti itu — setengah dan setengah.”

Ketika, pada Juli 1920, kepala pemerintahan DVR, Aleksandr Krasnoshchyokov, bertanya kepada Lenin seperti apa seharusnya pengaturan politik di republik itu, Lenin menjawab, “Demokrasi diperbolehkan, tetapi sedikit mengistimewakan komunis.” Kenyataannya, persentase kaum Bolshevik dalam kepemimpinan negara itu selalu mencengangkan.

Lambang Republik Timur Jauh/Pecahan uang 1000 rubel Republik Timur Jauh

Moskow memberikan dukungan aktifnya kepada Republik Timur Jauh dengan uang, sumber daya, dan secara intensif mempersenjatai Tentara Revolusioner Rakyatnya yang menggabungkan pasukan reguler dengan banyak detasemen partisan. Jumlahnya mencapai 100.000 personel pada November 1920 (sama dengan jumlah tentara Jepang di Rusia). Komandan Tentara Merah dikirim ke sana untuk tugas komando. Salah satunya, Vasily Blyukher, pernah menjadi menteri perang dan panglima angkatan bersenjata DVR. Setelah menjadi Marsekal Uni Soviet pada 1935, ia ditembak tiga tahun kemudian dalam perburuan dan penyingkiran lawan politik secara massal yang dikenal sebagai Teror Besar-besaran.

Tentara Revolusi Rakyat tidak berwenang untuk melawan Jepang (meskipun detasemen partisan masih melawan mereka), tetapi aktif dalam membersihkan sisa-sisa unit tentara Putih di Timur Jauh. Pada Oktober 1920, Tentara Revolusi Rakyat berhasil mengusir pasukan Ataman Semyonov dari sebagian besar wilayah Transbaikal dan ibu kota negara dipindahkan dari Verkhneudinsk ke Chita yang telah dibebaskan. Sebelumnya, DVR bahkan berhasil memaksa Jepang keluar dari kawasan itu melalui cara-cara diplomatik.

Negosiasi antara Jepang dan perwakilan Republik Timur Jauh

Dalam beberapa tahun, pengaruh Negeri Matahari Terbit di Timur Jauh Rusia menyusut hingga minimum. Lelah memerangi partisan, Jepang kehilangan satu demi satu wilayah. Dengan Tentara Revolusioner Rakyat DVR yang berfungsi sebagai garda terdepan Bolshevik di wilayah tersebut, Tokyo mulai menyadari betapa hebatnya kekuatan mereka. Pada Februari 1922, unit-unit Tentara Revolusioner Rakyat membebaskan Khabarovsk dari Gerakan Putih dan, pada 25 Oktober tahun yang sama, mereka memasuki Vladivostok di segera setelah garnisun Jepang dievakuasi. Hanya Sakhalin Utara yang tetap berada di tangan Jepang, tetapi, pada tahun 1925, mereka juga terpaksa menyerahkannya kembali.

Setelah pembebasan wilayah timur negara itu dari Gerakan Putih dan intervensionis, keberadaan Republik Timur Jauh tak lagi dibutuhkan. Pada 14 November 1922, Majelis Rakyat DVR mendeklarasikan pembubarannya sendiri dan meminta Moskow untuk “memasukkan Timur Jauh ke dalam Republik Soviet Sosialis Rusia yang bersatu” dan Moskow, tentu saja, segera mengabulkan permohonan tersebut.

Tentara Revolusioner Rakyat memasuki Vladivostok.

Perang Saudara Rusia membuka jendela peluang bagi Jepang. Tak hanya menguasai pesisir Rusia di Samudra Pasifik, ambisi negara itu meluas hingga ke seluruh Siberia.

Pembaca yang budiman,

Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut:

  • ikutilah saluran Telegram kami;
  • berlanggananlah pada newsletter mingguan kami; dan
  • aktifkan push notifications pada situs web kami.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki