Foto: Sergey Ptichkin, RG
Metode evolusioner mengantarkan mereka pada pembuatan unit tempur baru Bakhcha-U, pengembangan BMP-3 dan BMD-4, serta modernisasi BMP-2. Modul senjata yang digunakan terdiri dari dua meriam, 100 mm dan 30 mm. Meriam 100 mm mampu meluncurkan misil, yang artinya kini bunker musuh dapat dihancurkan dengan mudah oleh kendaraan tempur Rusia. Inovasi tersebut tak hanya diterapkan oleh militer Rusia, tapi juga oleh sepuluh negara lain. Namun, BMP Rusia memiliki kekurangan yang cukup signifikan: dengan bobot 18 ton, kendaraan ini tak bisa menyediakan keamanan yang memadai bagi para kru kendaraan saat melakukan penembakan.
Pengalaman dalam konflik lokal membuat produsen senjata Rusia sangat sadar adanya kebutuhan akan BMP kelas berat. Para produsen kendaraan tempur Rusia cukup lama tak bisa meninggalkan konsep transportasi mengambang untuk infanteri, dan kemudian, fokus utama pengembangan diletakkan pada pasar luar negeri.
Saat hubungan Rusia dan Prancis agak harmonis setelah peristiwa tahun 2008, kedua negara tersebut merancang kerja sama pengerjaan proyek Atom, yakni pembuatan kendaraan lapis baja beroda kelas berat yang akan digunakan sebagai sarana transportasi pasukan. Perusahaan Rusia Burevestnik ditugaskan membuat modul tempur, sementara Prancis dan anak perusahaan Swedia Volvo, Renault Trucks Defense, ditugaskan untuk merancang bentuk dasar kendaraan tempur infanteri beroda (BMP VBCI). Prototipe kendaraan tersebut ditampilkan dalam pameran senjata Russian Expo Arms 2013. Dengan penampilannya yang futuristik dan dilengkapi meriam kapal perang, prototipe tersebut mengejutkan para pengunjung. Meriam yang sama juga digunakan oleh Burevestnik saat membuat sistem antipesawat Soviet S-60 57 mm, yang diproduksi pada 1940-an dan telah berkali-kali dimodifikasi hingga menjadi A-220M, yang kini digunakan di kapal perang Rusia.
Foto: Sergey Ptichkin, RG
Meriam antipesawat 57 mm, dengan jangkauan 12 ribu meter dan kemampuan tembak sekitar 300 tembakan per menit, segera memperlihatkan kekuatan tempur BMP. S-60 terbilang ketinggalan zaman karena meriam antipesawat itu sudah pernah digunakan dalam Perang Vietnam, namun ketika meriam tersebut digunakan di darat, jelas lain cerita.
Dalam pertempuran di Suriah, S-60 yang sudah usang mendemonstrasikan kemampuannya menghancurkan pasukan musuh, bahkan saat musuh berlindung di balik benteng kuat. Dilengkapi dengan mekanisme modern dan alat pengintai, meriam ini dapat menjadi alternatif yang sangat tepat untuk menggantikan meriam 25 mm yang digunakan dalam kendaraan tempur infanteri Prancis. Namun, pada 8 April 2014, perusahaan Swedia Volvo meminta anak perusahaannya, Renault Trucks Defense, menghentikan proyek kerja sama tersebut karena sanksi yang dikirim Uni Eropa terhadap Rusia.
Pada 22 Februari 2015, Direktur Jenderal Uralvagonzavod (perusahaan induk Burevestnik) Oleg Sienko menyebutkan bahwa pengerjaan kendaraan lapis baja Atom akan diteruskan dengan mitra baru, dan modul baru untuk BMP telah dibuat secara spesifik sesuai pesanan pembeli.
Dalam pameran militer di Uni Emirat Arab IDEX 2015, Menteri Industri dan Perdagangan Rusia Denis Manturov mengumumkan saat ini Rusia sedang membuat sistem meriam 57 mm, bekerja sama dengan Uni Emirat Arab. Dasar untuk modul militer Rusia akan dibuat di Uni Emirat Arab, menggunakan sasis Finnish Patria AMV BMP kelas berat dengan konfigurasi roda 8x8, sama seperti VBCI Prancis. Selain itu, meriam 'revolusioner' 57 mm pada kendaraan lapis baja Emirati akan digantikan oleh modul 'evolusioner' Bakhcha, yang cukup dikenal di negara Arab karena mereka telah membeli sejumlah besar BMP-3.
Uralvagonzavod menyebutkan, meriam 57 mm tersebut juga akan digunakan di unit Rusia. Modul tempur baru akan menjadi bagian dari BMP kelas berat Rusia. Namun ia menyebutkan, "Instalasi meriam dengan kaliber lebih kecil pada mesin raksasa tak sesuai dengan persyaraatan taktis dan teknis modern".
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda