Pada awal bulan ini, dua puluh personel terbaik Dinas Keamanan Federal (FSB) dan Unit Khusus Respons Cepat (SOBR) Rusia diundang ke Pegunungan Dagestan. Mereka dikumpulkan untuk menentukan pasukan khusus mana yang paling efektif beroperasi di wilayah tersebut.
Semua orang diberi daftar rencana dan misi untuk menghancurkan berbagai sasaran. Setelah pengarahan, kedua pasukan berpisah sementara beberapa tentara menyiapkan sabuk amunisi untuk senapan mesin yang dipasang pada kendaraan mereka.
Semua unit tiba di pegunungan dengan kendaraan mereka sendiri. Masing-masing kendaraan membawa senapan Kalashnikov dengan 500 butir peluru 7,62 x 54 mm di bagasi. Orang Rusia biasa tidak mungkin bepergian dengan senapan mesin di mobil mereka, tetapi jika Anda seorang perwira FSB yang bertugas di sebuah wilayah untuk memerangi teroris, itu tidak masalah.
Sementara itu, seorang perwira menjelaskan perbedaan antara geng perkotaan dan teroris yang bersembunyi di pegunungan dan Timur Tengah. “Anggota geng takut mati, sedangkan kelompok radikal tidak. Itulah perbedaan mendasar yang harus Anda ingat ketika Anda mengejar orang-orang yang percaya bahwa kematian hanyalah awal dari kehidupan yang baru dan lebih baik. Otak mereka telah dicuci secara intensif. Mereka percaya bahwa mereka melakukan jihad (perang suci) dengan membunuh kaum perempuan, anak-anak, dan ‘kafir’. Itulah perbedaannya.”
Sepuluh menit kemudian, suara tembakan senapan otomatis mulai memecah kesunyian. Ternyata, itu adalah sinyal dimulainya misi pertama: serangan kilat untuk menghancurkan “teroris” di lokasi target. Seorang prajurit berlindung di belakang pertahanan pertama yang tersedia dan melepaskan 50 butir peluru dari AK-nya ke arah “musuh”.
Tak lama kemudian, unit tersebut bertemu dua teroris. Mereka menyemburkan timah panas dari jarak 75 meter. Setelah itu, mereka bergerak maju — target berhasil dilumpuhkan. Lokasi ternyata belum aman, sehingga para prajurit terpaksa berlindung sekali lagi. Kali ini, mereka menembak dari jarak 30 meter saja. Karena itu, pasukan harus mengganti AK mereka dengan pistol Yarygin yang lebih mudah digunakan selama pertempuran jarak dekat. Seorang prajurit menembakkan 32 peluru sambil berbaring. Setelah itu, mereka berpindah tempat. Masing-masing unit berlari ke target berikutnya — empat teroris, 200 meter jauhnya. Serangkaian tembakan senapan mesin terdengar bersamaan.
Seorang agen melompat ke kendaraan lapis baja yang tengah melaju. Sementara mobil itu bergerak, ia mencondongkan tubuhnya keluar dan menembak ke arah seorang militan dengan mobil tua. Musuh berhasil dikalahkan. Seorang pria muncul dari zona target. Meski hampir mati, dia disambut oleh kawan-kawan serta para pemuda yang telah dibawa ke tempat latihan untuk melihat pasukan khusus beraksi dengan mata kepala mereka sendiri.
Pada akhir kompetisi, seorang prajurit dari pasukan khusus FSB yang bertugas di Republik Chechnya dinyatakan sebagai pemenang. Di posisi kedua dan ketiga adalah seorang agen FSB dan SOBR dari Republik Dagestan.
Orang-orang ini telah menghabiskan sepuluh tahun terakhir di pegunungan sekitar untuk memerangi kelompok radikal. Berkat kerja keras mereka, kini hampir tidak ada teroris yang tersisa di Dagestan, kata Kementerian Dalam Negeri Rusia. “Tidak ada sel militan aktif yang tersisa di Dagestan sekarang. Hanya delapan teroris yang tersisa dalam daftar pencarian orang (DPO),” ujar menteri dalam negeri daerah itu, Abdurashid Magomedov, pada 2018.
Menurut para prajurit itu sendiri, bentrokan bersenjata kini hampir tak pernah terjadi lagi. Meski begitu, mereka masih dikirim secara reguler untuk latihan dan operasi patroli di pegunungan selama beberapa minggu sekaligus untuk memeriksa tingkat keamanan di wilayah tersebut.
Operasi kini difokuskan untuk memerangi penyebaran ideologi teroris. “Ada upaya terus-menerus di Dagestan untuk menghidupkan kembali sel-sel organisasi teroris internasional dengan memanfaatkan ekstremis yang kembali ke Dagestan dari Timur Tengah,” kata Magomedov.
Dinas keamanan bekerja sepanjang haru demi menjauhkan kelompok-kelompok radikal dari media sosial dan menangkap agen-agen perekrutan, serta memantau pergerakan para teroris yang kembali ke tanah air dan para penyebar ideologi radikal.
Pada masanya, mobil-mobil legendaris ini pernah membuat musuh ketakutan. Mobil-mobil ini mampu membuntuti dan bahkan mengejar mobil-mobil Mercedes dan BMW yang dikendarai diplomat asing.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda