Turki akan menjadi salah satu negara pertama yang mendapatkan S-400 Triumf, sistem pertahanan udara paling canggih di dunia dan kebanggaan kompleks industri militer Rusia.
Ankara telah membeli dua unit S-400, yang akan dikirim pada April hingga Mei mendatang. Ditandatangani oleh presiden kedua negara pada 2018, kontrak pemasokan tersebut bernilai sekitar $2,5 miliar.
Setiap unit S-400 memiliki empat instalasi peluncuran yang masing-masingnya berisi empat misil. Oleh karena itu, secara total, setiap unit memiliki 16 misil yang mampu menembak jatuh jet tempur generasi kelima dan misil jelajah pada jarak 200 km.
Selain itu, kontrak tersebut juga memasukkan satu set alat tempur cadangan yang akan ditempatkan di medan perang. Tak lupa, mesin pengisi daya kendaraan pengangkut, stasiun radar, pos komando, dan sejumlah kendaraan pendukung lainnya masuk dalam rincian kontrak itu.
Pada saat yang sama, pasukan Turki yang akan menggunakan sistem ini akan dilatih di Rusia.
Akankah Turki mampu menjatuhkan pesawat Rusia dengan S-400? Para pakar militer berbagai pandangan yang berbeda.
Misalnya, Pemimpin Redaksi Arsenal Otechestva Viktor Murakhovsky percaya bahwa “hal semacam itu — secara hipotesis — bisa terjadi karena dalam kontrak tersebut disebutkan bahwa Rusia tak hanya akan menyerahkan peluncur rudal itu sendiri, tetapi juga teknologi S-400.”
Namun, analis militer TASS Viktor Litovkin mengesampingkan skenario semacam itu.
“Kita tidak memberikan kode akses senjata presisi kita kepada negara (dunia) ketiga. Semua perangkat keras sistem pertahanan udara apa pun di dunia dirakit di pabrik (dalam negeri). Kalau kita merakit senjata itu sepenuhnya di Turki, skenario tersebut mungkin bisa terjadi. Namun, kontrak antara Moskow dan Ankara menyebutkan, pemeliharaan S-400 akan dilakukan di Pabrik Almaz-Antey di Rusia,” katanya.
Ini adalah sistem untuk mengidentifikasi target teman atau musuh di udara, katanya.
“Ini bukan pertama kalinya Rusia memasok senjata presisi ke negara NATO yang, secara hipotetis, bisa berbalik melawan kita dalam konflik. Pertanyaan serupa muncul pada 1996 ketika Moskow menjual sistem S-300 ke Athena, yang pada saat itu dapat menembak jatuh pesawat tempur atau pengebom mana pun,” tambah sang analis militer.
Dalam pandangannya, sistem S-400 di Turki tidak akan dapat membedakan antara pesawat Rusia dan Turki, kecuali peretas Turki menemukan cara untuk meretas dan merombak sistem tersebut secara manual.
Sepanjang sejarah upaya penaklukan Konstantinopel, ada beberapa peristiwa ketika Rusia nyaris merebut ibu kota Kekaisaran Romawi Timur itu. Namun, setiap kali peluang itu muncul, Rusia memilih untuk tidak melakukannya.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda