Pada awal Mei lalu, sebuah robot Rusia berhasil mencapai dasar Palung Mariana di Samudra Pasifik, titik terdalam di Bumi. Wahana bawah air yang sepenuhnya otonom tersebut bernama Vityaz-D.
“Robot Rusia menyelam ke kedalaman 10.028 meter. Meski banyak negara telah menyelam ke dasar Palung Mariana (di antaranya Jepang dan Amerika Serikat), belum ada yang negara yang mengirimkan perangkat yang dilengkapo kecerdasan buatan atau robot yang sepenuhnya otonom,” kata Profesor Vadim Kozyulin dari Akademi Ilmu Pengetahuan Militer Rusia kepada Russia Beyond.
Menurutnya, penyelam dan operator jarak jauh bertanggung jawab mengoperasikan model-model sebelumnya. Sementara pada wahana buatan Rusia, kita hanya bisa menonton sambil menahan napas, seperti saat menyaksikan penerbangan ruang angkasa berawak pertama.
Wakil Perdana Menteri Rusia Yuri Borisov menggambarkan terobosan ini sebagai pencapaian luar biasa dalam bidang industri sains dan pertahanan Rusia. Borisov menekankan bahwa proyek-proyek semacam ini membuka pintu bagi kompleks biro riset dan desain yang baru.”
Menurut Kozyulin, Vityaz-D akan mempelajari lapisan bawah air. Pada masa depan, robot ini akan digunakan untuk mengembangkan ladang minyak dan gas bawah laut untuk kepentingan perusahaan Rusia dan asing.
Pihak pengembang akan mengumumkan kerangka waktu komersialisasi teknologi ini pada akhir 2020.
Insinyur-insinyur Rusia telah menciptakan drone SAR dengan kecerdasan buatan pertama di dunia. Drone ini dapat menemukan korban tenggelam secara mandiri dan berubah menjadi rakit penyelamat. Proyek yang disebut Avrora tersebut sudah digunakan oleh Kementerian Situasi Darurat Rusia untuk operasi di Laut Putih (bagian dari Samudra Arktik).
Menurut RADAR MMS, perusahaan pengembang teknologi tersebut, drone ini akan mencari orang yang tenggelam menggunakan penglihatan teknis, sejenis neuron khusus dan data yang dimuat ke dalam sistem kecerdasan buatan drone yang mampu mengidentifikasi korban kapal tenggelam di dalam air.
“Begitu Avrora menemukan korban, ia akan mendekat dan berubah menjadi rakit penyelamat. Rakit itu memiliki sensor yang menyiarkan sinyal SOS sejauh puluhan kilometer ke sekelilingnya,” kata Ivan Antsev, Direktur Eksekutif RADAR MMS, kepada Russia Beyond.
Drone akan dijatuhkan di lokasi kecelakaan dari helikopter kecil tanpa pilot yang dirancang untuk lepas landas dan mendarat tanpa pemandu baik di lingkungan perkotaan maupun laut. Helikopter ini, pengembangan RADAR MMS lainnya, mampu mendeteksi suatu objek (baik kapal yang tenggelam maupun ladang minyak) di tengah guyurang hujan atau kabut tebal berkat radar yang canggih.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda