Potret Nikolay Fyodorov oleh Leonid Pasternak
Leonid PasternakNikolay Fyodorov (1829—1903), seorang guru sekolah dan pustakawan, menentang ide kepemilikan buku dan gagasan dan tidak pernah menerbitkan apa pun selama hidupnya. Dia menolak untuk dipotret dan duduk untuk dilukis. Tak heran, dua potretnya harus dibuat secara diam-diam. Sebagian besar ajarannya ia sampaikan secara lisan kepada para murid dan sahabatnya. Sang pelopor filsafat kosmisme Rusia tersebut adalah anak haram Pangeran Pavel Gagarin (1789—1872). Kebetulan, nama marga manusia pertama di ruang angkasa juga Gagarin sehingga keudanya sering kali disangkutpautkan. Bagaimanapun, selama hidupnya, Nikolay lebih dikenal dengan nama marga ayah baptisnya, Fyodorov.
Semasa tua, Fyodorov bekerja di Moskow sebagai pustakawan di perpustakaan Museum Rumyantsev, yang sekarang menjadi Perpustakaan Nasional Rusia. Di sana, ia berteman dengan banyak intelektual pada masanya, termasuk Leo Tolstoy dan Konstantin Tsiolkovsky, pelopor astronautika Rusia dan ilmu roket.
Deskripsi dan ilustrasi Tsiolkovsky tentang rumah kaca pesawat ruang angkasa.
Domain publikFyodorov adalah seorang penganut Ortodoks yang taat, tetapi juga seorang filsuf alam (pengkajian alam dan semesta fisika yang pernah dominan sebelum berkembangnya ilmu pengetahuan modern). Gagasan utamanya adalah memperpanjang usia secara radikal melalui ilmu pengetahuan. Dia percaya bahwa perkembangan spiritual dan ilmu pengetahuan akan menuntun umat manusia untuk merealisasikan cita-cita Kristen: menyingkirkan kematian dan membangkitkan orang mati dengan gagasan pengklonaan. Fyodorov juga percaya bahwa eksplorasi ruang angkasa diperlukan karena sumber daya di Bumi dapat habis. Belakangan, para pengikutnya, yang menyebut diri mereka kaum biokosmis, menyebarkan gagasan “pengembangan segera komunikasi ruang angkasa”. Sergey Korolev, pencipta pesawat ruang angkasa pertama Rusia, juga turut mendalami ajaran Fyodorov.
Konstantin Tsiolkovsky. Dari seri “Penjelajahan Ruang Angkasa”. Lukisan miniatur tradisional Rusia, Palekh.
Kaleria Kukuliev, Boris Kukuliev/TASSKonstantin Tsiolkovsky layak dijuluki Da Vinci Rusia karena, terlepas dari studi ilmiahnya, ia amat terlibat dalam mistikisme. Tsiolkovsky menyatakan bahwa ia mengembangkan teori peroketan hanya sebagai suplemen untuk penelitian filosofis tentang masalah ini.
Sejak usia 35 tahun, ia tinggal dan bekerja di Kaluga, kota yang menjadi pusat gerakan teosofi (ajaran dan pengetahuan kebatinan, semacam falsafah atau tasawuf) Rusia. Tuli sejak kecil karena demam Scarlet (skarlatina), dia sangat wawas diri dan, sebagian besar, belajar seorang diri. Namun, jiwanya amat lembut dan ia mengaku telah dua kali menerima “wahyu” sepanjang hidupnya.
Konstantin Tsiolkovsky with model zeppelinnya.
Alexander AssonovFilsafatnya terdiri dari teisme (ilmu yang mengajarkan adanya Tuhan), panteisme (ajaran yang menyamakan Tuhan dengan kekuatan-kekuatan dan hukum-hukum alam semesta), dan esoterik (pemikiran filsafat tentang proses evolusi dari manusia dan makhluk hidup lainnya). Dia percaya akan keberadaan Tuhan, tetapi tidak mengasosiasikannya dengan Yesus. Tsiolkovsky Mengembangkan teori eksplorasi ruang angkasa, sejajar dengan ide-ide Fyodorov, dan ia terkenal berkat penyataannya berikut: “Bumi adalah tempat lahir umat manusia, tetapi Anda tak bisa hidup dalam buaian selamanya!”
Sergey Korolev mengirim Yuri Gagrin ke ruang angkasa. Dari seri “Penjelajahan Ruang Angkasa”. Lukisan miniatur tradisional Rusia, Palekh.
Kaleria Kukuliev, Boris Kukuliev/TASSSergey Korolev (1907—1966), insinyur roket terkemuka dan pencipta pesawat ruang angkasa Yuri Gagarin, mempelajari karya Nikolay Fyodorov dan Konstantin Tsiolkovsky. Temuan dan ide mereka menginspirasi Korolev untuk membuat pesawat bertenaga roket. Sebetulnya, kesalehan Korolev sendiri masih diperdebatkan, tetapi dia percaya takhayul. Korolev tidak melakukan peluncuran pada hari Senin dan melarang perempuan berada di landasan peluncuran. Bagaimanapun, kosmonaut Rusia juga memiliki segudang takhayul lainnya.
Ikon Tangga Pendakian Ilahi abad ke-12 (Biara Santa Catherine, Semenanjung Sinai, Mesir) menunjukkan para biarawan, yang dipimpin oleh Yohanes Climacus, menaiki tangga menuju Yesus, di kanan atas.
Domain publikNamun, yang menarik dari penerbangan ruang angkasa pertama yang dikerjakan Korolev adalah jumlah “kebetulan” dalam numerologinya. Pertama-tama, 12 April, hari Gagarin pergi ke ruang angkasa, dalam kalender gereja Ortodoks Rusia jatuh pada hari raya Santo Yohanes Climacus (Yohanes dari Tangga), penulis Tangga Pendakian Ilahi, sebuah teks biara yang menjelaskan bagaimana mengangkat tubuh dan jiwa seseorang kepada Tuhan melalui kepatuhan monastisisme (praktik keagamaan berupa tindakan menjauhi segala hasrat keduniawian dengan maksud membaktikan hidup semata-mata bagi kegiatan kerohanian). Metafora utama yang digunakan oleh Santo Yohanes adalah Tangga Yakub ke Surga (Kitab Kejadian, 28). Namun, argumen ini masih diperdebatkan walau beberapa pemuka Ortodoks meyakininya.
Kebetulan lainnya adalah total waktu penerbangan. Tak diragukan lagi, semuanya dihitung secara menyeluruh. Misalnya, penerbangan ruang angkasa berikutnya, 6—7 Agustus 1961, yang dilakukan oleh German Titov dengan Vostok-2, berlangsung tepat satu hari, satu jam, 11 menit. Sementara itu, Yuri Gagarin mengorbit Bumi pada 12 April 1961 selama 108 menit. Angka 108 dianggap suci dalam agama Hindu dan Buddha. Dalam kedua agama ini, 108 adalah angka keberuntungan yang berkaitan dengan keharmonisan, penyempurnaan, dan kesuksesan ilahi.
Konsekrasi wahana peluncuran Soyuz-FG dengan pesawat ruang angkasa berawak Soyuz TMA-20M di kompleks peluncuran Kosmodrom Baikonur.
Sergey Savostyanov/TASSPada 1964, tiga tahun setelah penerbangan Yuri Gagarin, sang kosmonaut mengunjungi Troitse-Sergieva Lavra (Biara Trinitas Santo Sergey) untuk sekadar melihat-lihat. Namun semasa Soviet, hal ini menimbulkan masalah dan berujung pada penyelidikan oleh pejabat Partai Komunis Uni Soviet. Belakangan, pada masa pasca-Soviet, keyakinan agama kembali menjadi urusan pribadi. Ternyata, banyak kosmonaut Rusia modern yang taat beragama.
Sebetulnya, hal serupa pun terjadi pada astronaut Amerika. Misalnya, pada 1963, Gordon Cooper berbicara dan merekam doa Thanksgiving selama penerbangannya. Pada Malam Natal, 24 Desember 1968, awak Apollo 8 membaca Kitab Kejadian saat mereka mengorbit Bulan dan masih banyak kisah lainnya.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda