Seni bela diri campuran (MMA) adalah industri olahraga multimiliar di seluruh dunia. Ini adalah kompetisi yang melibatkan para petarung profesional dari berbagai jenis bela diri, mulai dari kungfu, tinju, gulat dan lain sebagainya.
Beberapa tahun yang lalu, sebuah fenomena baru muncul di Rusia yang dijuluki Pop MMA. Dalam kurun 2019—2020, hampir selusin liga muncul dan benar-benar merebut hati jutaan orang yang mungkin sebelumnya tidak tertarik dengan olahraga atau pertarungan sama sekali.
Mari kita cari tahu apa itu Pop MMA dan bagaimana hubungannya dengan olahraga nyata?
Sederhananya, ini adalah pertarungan antara petarung nonprofesional. Di samping itu, sebagian besar pesertanya belum pernah mendapatkan pelatihan MMA atau latihan tarung lainnya yang layak. Mereka adalah orang-orang yang kita temui setiap hari, seperti tukang listrik, insinyur, juru masak, pelajar, dan sebagainya, yang ingin menguji diri kemampuan laga mereka di atas ring atau di dalam kerangkeng.
Aturan liga ini mirip dengan MMA klasik atau kompetisi tinju dengan sedikit perbedaan.
Misalnya, terkadang pertarungan diatur antara lawan dari kategori berat yang berbeda dan dengan tingkat pelatihan yang berbeda pula. Pada 2020, mereka bahkan mengadakan pertarungan “semut melawan gajah” antara seorang bloger berbobot 240 kilogram dengan gadis yang hanya seberat 62 kilogram.
Perkelahian ini dibagikan di YouTube dan biasanya diikuti oleh serangkaian konferensi pers dengan banyak pembicaraan sampah, perkelahian, dan sesi pelatihan di ruang olah raga masing-masing.
Setelah acara ini mendapatkan jutaan penayangan di YouTube, para bloger terkenal dan petarung amatir mulai bergabung dengan komunitas Pop MMA, termasuk orang-orang yang tidak akan Anda bayangkan untuk melihat mereka di atas ring seperti Hasbulla dan Abdurozik, remaja berusia 18 tahun dengan penyakit langka yang menghalangi mereka untuk berkembang.
Konferensi prapertarungan mereka telah dintonton 12,1 juta kali dalam waktu kurang dari dua minggu. Sebagai perbandingan, konferensi pers yang paling banyak dilihat antara Khabib Nurmagomedov dan Conor McGregor hanya memiliki 7 juta penayangan dalam tiga tahun.
Pop MMA dapat dibandingan dengan olahraga profesional dan Olimpiade, seperti perbandingan lagu pop dengan musik orkestra klasik. Keduanya mendapatkan perhatian, tetapi kualitasnya tetap pada level yang berbeda.
Musik pop dicintai dan dipahami oleh sebagian besar orang, sedangkan untuk memahami musik klasik (atau tinju dan MMA dalam kasus kita), Anda perlu mengetahui sedikit tentang musik.
“Pop MMA berasal dari film 'Fight Club', tempat orang-orang biasa bertarung setelah gelap di klub bawah tanah semi legal. Orang-orang merasa mirip satu sama lain dan melihat orang-orang yang mirip seperti mereka berkelahi di dalam kerangkeng. Untuk menjadi peserta pun tidak sulit. Anda hanya perlu mengisi surat-surat, lulus penyaringan daring, dan Anda sudah bisa bertarung berada di sana,” ujar Arseny Milov, seorang petarung amatir di Nashe delo(Urusan Kami), salah satu liga pertarungan Pop MMA .
Seperti yang dia sebutkan, ada lima liga utama Pop MMA di Rusia. Mereka adalah Panch-Klub, Khardkornyye Boi, Top-Dog, Nashe Delo dan strelka.
“Orang-orang tidak mendapatkan banyak uang dalam liga-liga ini, tetapi mendapatkan liputan media dan promosi akun Instagram mereka. Bintang terbesar menerima sekitar $30.000 untuk sebuah pertarungan, tetapi hanya sedikit orang yang mendapatkan uang ini. Sebagian besar dari kami mendapatkan sekitar $500—3.000 untuk satu pertarungan”, jelas sang petarung itu.
Seperti yang dia sebutkan, pendapatan dari bertarung di liga bukanlah tujuan dan sumber utama pendapatan mereka.
Orang-orang datang ke sana untuk mendapatkan pengikut di media sosial dan menjadi bintang IG, YouTube, dan TikTok. Itu saja' kata Milov.
Namun, ada juga pertunjukan dan organisasi besar yang serius dalam industri Pop MMA.
Misalnya, American Bare Knuckle FC (BKFC) yang muncul pada 2018 dan sudah menarik mantan petarung pria dan wanita UFC sperti Artem Lobov, seorang Irlandia Rusia dari tim Conor McGregor, Paige Vanzant, seorang petarung pirang seksi dengan 2,8 juta pengikut di Instagram, dan Rachel Ostovich, mantan petarung wanita UFC panas lainnya dengan 756.000 pengikut di Instagram.
Menurut pengakuan Lobov, di BKFC ia menerima $150—200 ribu per pertarungan. Jumlah itu jauh lebih besar daripada yang dibayarkan UFC kepadanya.
Sementara, jumlah bayaran bagi Paige Vanzant dan Rachel Ostovich dari pertarungan mereka yang akan datang akan diumumkan sebelum berlaga pada 23 Juli.
Selain mereka, petinju yang menempati urutan pertama dari daftar pound-for-Pounddalam 25 tahun terakhir, Floyd Money Mayweather, juga ikut terjun ke dalam liga BKFC. Dia melawan bintang YouTube Logan Paul dalam pertarungan eksebisi tinju. Pertarungan itu diharapkan bisa menghasilkan sekitar $100 juta dari bayaran per tayangan dan hasilnya tak jauh dari yang diperkirakan.
“Pop MMA adalah salah satu industri olahraga yang paling cepat berkembang saat ini. Beberapa tahun yang lalu, itu dipandang sebagai tiruan untuk pertempuran profesional dan sekarang menjadi industri jutaan dolar dengan potensi komersial menyamai UFC, Showtime, dan bisnis olahraga profesional lainnya. Kita lihat saja dalam lima sampai sepuluh tahun mendatang,' ujar Arkady Meltzer, seorang manajer petarung Pop MMA.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda